Persaingan

“Persaingan itu riil, yang khayal adalah ketakutan kita menghadapi persaingan itu. Ketakutan selalu berhubungan dengan khayalan terhadap sesuatu yang belum kejadian… bahwa kalau tak lulus UN kita pasti susah… bahwa kalau tidak bekerja di perusahaan tertentu kita bakal mati” kata seorang pastur yang juga sohib saya -Sudjiwo Tedjo

CEMAS: Inilah m…

CEMAS: Inilah mata air yang memberikan energi untuk bergerak dan bergerak, melangkah tertatih-tatih sembari jatuh dan bangun, meraba dalam ketidakpastian. Namun terus bergerak. Kecemasan muncul karena kesadaran akan adanya jarak yang terbentang jauh antara idealisme dan realitas, antara harapan dan kenyataan. Tetapi … Tidak semua orang menyadari kesenjangan tersebut. Baginya semuanya baik-baik saja, tidak ada masalah dan akhirnya bersikap diam dan menikmati kondisi yang ada.
-http://desisaka.tumblr.com

CEMAS: Inilah m…

CEMAS: Inilah mata air yang memberikan energi untuk bergerak dan bergerak, melangkah tertatih-tatih sembari jatuh dan bangun, meraba dalam ketidakpastian. Namun terus bergerak. Kecemasan muncul karena kesadaran akan adanya jarak yang terbentang jauh antara idealisme dan realitas, antara harapan dan kenyataan. Tetapi … Tidak semua orang menyadari kesenjangan tersebut. Baginya semuanya baik-baik saja, tidak ada masalah dan akhirnya bersikap diam dan menikmati kondisi yang ada.
-http://desisaka.tumblr.com

Aku mendamba ke…

Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. –Andrea

Yang Hilang Sewaktu-Waktu

Karena aku mencintai yang sewaktu-waktu pergi, yang sewaktu-waktu diambil. Aku belajar bagaimana caranya melepaskan. Aku belajar bagaimana menyikapi kepergian.

Aku belajar mengosongkan diri dari apapun yang memenuhi. Hingga setiap ruang dalam hati terasa lebih lapang dari biasanya. Lalu mengisinya lagi dengan lebih tertata dan bijaksana.

Karena aku mencintai yang sewaktu-waktu mati, yang sewaktu-waktu harus hilang. Aku belajar tentang kesendirian. Betapa hidup dalam diri sendiri begitu meresahkan.

Aku belajar bagaimana membuat hari-hari terasa lebih lapang. Selalu siap dengan kehilangan. Selalu siap dengan kepergian. Sebab aku, sejatinya, tidak pernah memiliki apa-apa. Tuhan hanya menitipkanmu untuk aku cintai.

Aku khawatir bila aku mencintaimu tidak dengan petunjuk-Nya. Aku takut ketika mencintaimu justru mengundang murka-Nya. Aku sudah berusaha sebaik-baiknya menjaga diri.

-reblogged @kurniawangunadi

 

Bapak, Aku Ingin …

Bapak, aku ingin kau mengenalnya.
Aku ingin berbicara denganmu, berdua saja. Aku ingin bercerita banyak tentangnya. Aku ingin mengetahui sudut pandang seorang laki-laki melalui pria sepertimu. Aku membutuhkan saranmu ketika dalam keadaan seperti ini…

Bapak, aku ingin kau mengenalnya. Melalui kata-kata yang kuceritakan padamu, lalu kau akan meledekku hingga rona merah terlukis di wajahku. Aku ingin kau menilai apakah ia baik untukku. Aku ingin kau ada di sini, saat aku tak tahu harus bercerita kepada siapa di dalam rumah ini…

Bapak, aku ingin kau mengenalnya.
Kau pasti sudah mengenalnya, kan?

Dan kau memiliki jawaban untukku.
Tetapi Bapak tidak di sini.

 

-reblogged from @fadlillahocta

Aku memilih tuk…

Aku memilih tuk diam saat ianya kan menjadi emas. Berjanji pada hati tuk lebih bisa mengendalikan gejolak di dalamnya agar kelak keadaan bisa lebih baik. Aku bukan saja seorang yang kamu pahami selama ini. Mungkin hati ini terlalu dalam, terlalu penuh mengharapkanmu. Cinta platonis, mereka menyebutnya.
Kemudian waktu berjalan begitu cepat, terasa cepat sekali sampai hari ini berhenti pada satu titik dimana hati kembali bertanya-tanya penuh keraguan. Apakah memang hati seorang lelaki sepertimu tidak peka. Ataukah hatiku yang terlalu mendramatisir sehingga gampang terluka? Oh Dear, aku marah pada hati.. kenapa engkau mudah sekali terluka. Hati menjawab: aku sudah terlalu dalam mencintainya, apakah patut jika yang platonis ini dilukai dengan gombalan mukiyo?
Ah, tentunya percakapan ini akan menjadi lebih lucu kalau dilanjutkan.
Hei, Hati, berhati-hatilah mempercayai, berhati-hatilah menyayangi, berhati-hatilah mencintai, jangan terlalu meramunya dengan pekat nanti kamu yg kecewa sendiri jika ianya tidak enak di ujung hari. Jangan mewek, Hati-hati yaa :’)